hidup di kota berlimpah minyak ini memberi banyak inspirasi dan kesan berarti, melihat langit yang senantiasa tersenyum bahkan saat kumbang menangis.

melangkahkan kaki ke pulau padat penduduk adalah sebuah dimensi yang menurutku asing.Tapi keluargaku membawa ku terbang bersama semilir angin.
disinilah cerita bermula..
aku melihat bermacam-macam bentuk awan di langit kota hujan. diperkenalkan dengan mereka para awan putih dengan rupa dan warna yang sungguh kontras. Fitri , awan yang bergelombang dan ceria, Ajeng, awan yang lurus dan serius, Pedro awan blasteran yang enggan berkata-kata, Nadia awan yang sesukanya mau jadi apa, dan awan lain yang ada.
pagi di suatu hari kami bangun menyusuri langit-langit bumi menembus hijaunya sawah lalu mandi di kolam kecil sekitarnya, membentuk jejak agar dapat kembali dan pulang dengan baju penuh lumpur kering.
duduk diatas pohon mangga, bermain bulutangkis, bermain sepeda, bercerita hantu dan berlarian menantang matahari adalah hobi awan-awan ini. mereka tak lupa saling membantu satu sama lain, setiap ulangtahun tak pernah dilewatkan begitu saja.
tak pandang ras dan tak pandang materi, segala kebahagiaan kami bukan sebuah materi tapi memori yang disimpan langit sana :)
*untuk awan-awan di kota hujan di pulau sana :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar